Thursday, December 17, 2015

Review: Alice in Wonderland

Visi liar Burton dalam menciptakan dunia Underland benar-benar menghipnotis, terima kasih untuk tidak men-spoiler semuanya di trailer, karena ternyata film ini jauh lebih indah dari apa yang dibayangkan. Pohon-pohon berbentuk melengkung dengan ranting-rantingnya yang unik, jamur yang bertebaran beraneka ragam bentuk dan berwarna-warni (menggemaskan untuk tidak menggigitnya), makhluk-makhluk fantasi yang menghuni berkeliaran kesana-kemari, dan keunikan lain yang bisa dilihat di film ini, berhasil menciptakan sensasi yang menggelitik syaraf-syaraf imajinasi untuk nantinya ikut masuk kedalam Underland. Burton menciptakan tribut-nya sendiri untuk Caroll lewat film yang rilis pada 4 Maret 2010 di Indonesia ini. Karakter-karakter unik yang menjadi ciri khas sutradara berambut ala Robert Smith ini juga ditularinya untuk “merakit” para penghuni Underland. Karakter-karakter seperti Tweedledum dan Tweedledee, Mad Hatter, atau Dormhouse, dan karakter lainnya tampil fantastis dengan masing-masing keunikannya serta sangat cocok dengan dunia fantasi disekitarnya. Dengan cerita adaptasi yang digodok oleh Linda Woolverton (Mulan, Lion King, Beauty and The Best), film ini hadir dengan cerita yang cukup bersahabat dan tidak muluk-muluk dibuat berlebihan dan memusingkan (apalagi bagi mereka yang tidak kenal cerita Alice ini). Tapi memang cukup disayangkan film ini seharusnya punya cerita yang bisa digarap lebih, entahlah untuk film yang disutradarai oleh Burton, Alice memang dirasa kurang memuaskan dari segi bercerita dengan plot yang kurang maksimal.
Kekurangan yang ada beruntung bisa ditutupi sekali lagi oleh visualnya dan juga oleh jajaran pemain yang bermain apik dalam melakonkan masing-masing karakternya di film ini. Sebut saja Helena Bonham Carter yang dari awal sudah mencuri perhatian dengan tindak tanduknya sebagai ratu yang sangat kejam. Helene (yang tak lain adalah istri Burton) dengan balutan Red Queen yang gemar memenggal kepala orang yang tidak disukainya ini, tampil luar biasa di sepanjang film, menampilkan mimik-mimik yang menghibur dengan bentuk kepala yang sangat besar itu. Akting, cara dia berbicara, dan teriakan-teriakannya tersebut, sukses memberi kesan Ratu yang pasti sulit disukai oleh rakyatnya dan juga menakutkan karena gampang sekali memberi perintah jahat ini-itu. Helena memang bermain “wonderful” di film ini, begitu pula dengan Johnny Depp sebagai Mad Hatter, bisa menandingi akting lawan mainnya Helena yang sudah beberapa kali bermain bersama dengannya (di film Tim Burton). Sayangnya untuk tokoh sentral Alice yang diperankan oleh Mia Wasikowska, penampilannya bisa dibilang tidak begitu gemilang, aktingnya justru biasa saja. Secara keseluruhan Alice in Wonderland adalah petualangan yang mengasyikan di dunia Underland, visual yang menghibur mata, tidak lupa memberikan kisah yang menyenangkan ala dongeng anak-anak (walau terdapat kekurangan dari sisi cerita). Film ini juga mengajarkan dengan baik  sikap “ksatria” lewat sisipan moral cerita, dimana kita ada baiknya menghadapi masalah seberapa buruk dan seberapa tidak mungkinnya masalah tersebut, sebaliknya jangan lari dari sebuah masalah. I love Alice in Wonderland, Enjoy!

Rating: 4/5

9 comments:

  1. berharap sekuel yang dirilis tahun depan bisa melebihi kualitas film ini

    ReplyDelete
  2. Johnny Depp emang beneran punya seribu wajah

    ReplyDelete
  3. bisa gitu ya Johny Depp, kereennnnn. bisa menjadi karakter yang selalu berbeda-beda

    ReplyDelete
  4. Alicenya biasa biasa aja. justru malah kalah bersinar dibanding tokoh lain. padahal dia tokoh utama

    ReplyDelete
  5. Alicenya biasa biasa aja. justru malah kalah bersinar dibanding tokoh lain. padahal dia tokoh utama

    ReplyDelete