Saturday, December 19, 2015

Review: Thor - The Dark World

Setelah IRON MAN 3, satu lagi kepingan Marvel Cinematic Universe Phase 2 dirilis. Kali ini berkonsentrasi pada karakter Thor dan dunianya yang dibawakan dengan memesona oleh aktor Australia, Chris Hemsworth.
Thor The Dark World Review
Sebagai sekuel, tentu saja mengharapkan bila THOR: THE DARK WORLD menghadirkan sesuatu yang baru. Nyatanya tidak. Namun tenang saja, Alan Taylor selaku sutradara mampu memberi bumbu-bumbu agar sekuel yang ia tangani tetap memiliki greget.
Chris Hemsworth on the set of "Thor 2" facing his darkest enemies, London, UK
Maka, setelah paruh awal yang jujur saja sedikit membosankan, film kembali menampakkan taring pada pertengahan hingga bagian klimaks yang penuh kejutan.
Para ensemble cast bermain dengan aman. Namun lagi-lagi, Loki alias Tom Hiddleston berhasil mencuri perhatian dengan gayanya yang khas. Jangan lupakan twist dan adegan konyol yang pasti tak akan pernah kamu sangka-sangka.
NB: Jangan tinggalkan bioskop sampai credit title benar-benar berakhir. Karena ada dua klip tambahan khas film Marvel yang terletak di tengah dan akhir.

Thursday, December 17, 2015

Review: Iron Man 3


Walaupun mungkin sebagian penonton mengusung berbagai ekspektasi yang cukup tinggi dalam Iron Man 3, nampaknya ekspektasi tinggi tersebut harus dipangkas untuk mampu menikmati film Iron Man 3 sepenuhnya.
Plot installment ketiga serial Iron Man ini lebih terfokus pada upaya Tony Stark dalam usahanya mengatasi trauma serta melindungi orang-orang terdekatnya dari aksi teror The Mandarin. Sepanjang film Anda akan disuguhkan sebuah alur cerita bagaimana perkembangan kepribadian serta usaha keras sang tokoh utama dalam Iron Man 3 tersebut, tetapi di sisi lain alur serta klimaksnya akan terkesan berjalan terburu-buru dan kurang mengena.
Berbagai aksi pertempuran seru tentunya kembali menghiasi film ini, terlebih karena Anda akan menemukan kostum baru dari Iron Man yang sudah dibeberkan sejak trailer perdananya, yaitu Mark-42, serta berbagai inovasi dari Tony Stark lainnya untuk melawan musuh. Tak hanya memiliki aksi pertempuran, Iron Man 3 juga masih dapat membuat Anda terhibur dengan bumbu drama serta berbagai adegan yang dapat membuat penontonnya tertawa.
Iron Man 3 mungkin tidak dapat memenuhi ekspektasi tinggi untuk sebagian penonton, terutama dalam bagian alur yang cenderung datar dan terburu-buru. Walaupun begitu, berbagai aksi Tony Stark sang Iron Man serta intrik yang terjadi sepanjang film masih mampu memberikan hiburan yang menarik. Tak ada salahnya untuk meluangkan waktu Anda menonton installment ketiga ini karena Iron Man 3 tetap menjadi salah satu pilihan yang layak untuk ditonton pada musim panas tahun ini, terutama jika Anda adalah penggemar film aksi superhero.

Review: Frozen

FROZN_014M_G_ENG-GB_70x100.indd

Setelah kesuksesan Tangled ditahun 2010 dan Wreck-It Ralph ditahun 2012 lalu yang keduanya sangat unggul di hampir semua aspek film animasi, kini dipenghujung tahun 2013, Disney kembali merilis sebuah film animasi terbaru berjudul Frozen. Dan seperti judul postingan ini, Frozen memang berhasil tampil beda dari film animasi kebanyakan. Cerita pasang surut emosional tentang persaudaraan antara kakak beradik perempuan dalam film ini begitu kuat disepanjang film. Kita diajak bagaimana rasanya menjadi seorang Queen Elsa yang bingung dan ketakutan dalam mengendalikan kekuatan ajaib yang dimilikinya. Kita juga diajak bagaimana rasanya menjadi Anna, seorang adik yang tidak tahu apa-apa yang tujuannya hanya ingin tinggal bisa dekat dengan kakaknya. Porsi humor dan romantis dalam ini juga cukup berhasil disajikan disepanjang film.

frozen-movie-review

Selain Queen Elsa dan Anna yang sangat sukses dalam perannya, Karakter pendukung lainnya seperti Pangeran Hans, Kristoff serta si Snowman Olaf dan Keledai Stev berhasil mencuri perhatian dengan dialog dan humornya yang segar. 

frozen-disney-ana-olaf-kristoff-sven-570x294

Seribu jempol untuk para pengisi suara Frozen yang berhasil memberikan performa nya yang begitu baik ditambah dengan beberapa part mereka menyanyi. Lagu-lagu yang dibawakan dalam film ini juga sangat luar biasa keren juga enak ditelinga. Untuk segi visualisasi dan efek jangan diragukan, Frozen tampil sempurna dengan animasi-animasi yang memikat dan mewah khas Disney.
Overall, for me FROZEN is The Best Animated Movie of The Year (2013)!


[9.5/10]


Review: Alice in Wonderland

Visi liar Burton dalam menciptakan dunia Underland benar-benar menghipnotis, terima kasih untuk tidak men-spoiler semuanya di trailer, karena ternyata film ini jauh lebih indah dari apa yang dibayangkan. Pohon-pohon berbentuk melengkung dengan ranting-rantingnya yang unik, jamur yang bertebaran beraneka ragam bentuk dan berwarna-warni (menggemaskan untuk tidak menggigitnya), makhluk-makhluk fantasi yang menghuni berkeliaran kesana-kemari, dan keunikan lain yang bisa dilihat di film ini, berhasil menciptakan sensasi yang menggelitik syaraf-syaraf imajinasi untuk nantinya ikut masuk kedalam Underland. Burton menciptakan tribut-nya sendiri untuk Caroll lewat film yang rilis pada 4 Maret 2010 di Indonesia ini. Karakter-karakter unik yang menjadi ciri khas sutradara berambut ala Robert Smith ini juga ditularinya untuk “merakit” para penghuni Underland. Karakter-karakter seperti Tweedledum dan Tweedledee, Mad Hatter, atau Dormhouse, dan karakter lainnya tampil fantastis dengan masing-masing keunikannya serta sangat cocok dengan dunia fantasi disekitarnya. Dengan cerita adaptasi yang digodok oleh Linda Woolverton (Mulan, Lion King, Beauty and The Best), film ini hadir dengan cerita yang cukup bersahabat dan tidak muluk-muluk dibuat berlebihan dan memusingkan (apalagi bagi mereka yang tidak kenal cerita Alice ini). Tapi memang cukup disayangkan film ini seharusnya punya cerita yang bisa digarap lebih, entahlah untuk film yang disutradarai oleh Burton, Alice memang dirasa kurang memuaskan dari segi bercerita dengan plot yang kurang maksimal.
Kekurangan yang ada beruntung bisa ditutupi sekali lagi oleh visualnya dan juga oleh jajaran pemain yang bermain apik dalam melakonkan masing-masing karakternya di film ini. Sebut saja Helena Bonham Carter yang dari awal sudah mencuri perhatian dengan tindak tanduknya sebagai ratu yang sangat kejam. Helene (yang tak lain adalah istri Burton) dengan balutan Red Queen yang gemar memenggal kepala orang yang tidak disukainya ini, tampil luar biasa di sepanjang film, menampilkan mimik-mimik yang menghibur dengan bentuk kepala yang sangat besar itu. Akting, cara dia berbicara, dan teriakan-teriakannya tersebut, sukses memberi kesan Ratu yang pasti sulit disukai oleh rakyatnya dan juga menakutkan karena gampang sekali memberi perintah jahat ini-itu. Helena memang bermain “wonderful” di film ini, begitu pula dengan Johnny Depp sebagai Mad Hatter, bisa menandingi akting lawan mainnya Helena yang sudah beberapa kali bermain bersama dengannya (di film Tim Burton). Sayangnya untuk tokoh sentral Alice yang diperankan oleh Mia Wasikowska, penampilannya bisa dibilang tidak begitu gemilang, aktingnya justru biasa saja. Secara keseluruhan Alice in Wonderland adalah petualangan yang mengasyikan di dunia Underland, visual yang menghibur mata, tidak lupa memberikan kisah yang menyenangkan ala dongeng anak-anak (walau terdapat kekurangan dari sisi cerita). Film ini juga mengajarkan dengan baik  sikap “ksatria” lewat sisipan moral cerita, dimana kita ada baiknya menghadapi masalah seberapa buruk dan seberapa tidak mungkinnya masalah tersebut, sebaliknya jangan lari dari sebuah masalah. I love Alice in Wonderland, Enjoy!

Rating: 4/5

Review: Toy Story 3






Akhirnya, Toy Story diakhiri juga lewat Toy Story 3 yang dirilis 1 dekade setelah film keduanya (Toy Story 2). Bagi saya, Toy Story 3 merupakan penutup yang manis bagi trilogi Toy Story. Ibarat sebuah jamuan makan malam yang lezat, Toy Story 1 adalah appetizer yang menggugah selera, Toy Story 2 bagaikan hidangan utama yang mengenyangkan, maka Toy Story 3 serupa dessert berupa chocolate cake yang lembut, manis dan begitu lezat, namun di lain sisi cukup menyedihkan karena akhirnya kita menyadari bahwa jamuan makan malam yang luar biasa tersebut telah berakhir. Toy Story ditutup dengan sebuah film yang begitu indah, cantik, dan emosional. Sangat emosional bahkan ketika kita sadar bahwa Toy Story adalah film animasi, dengan tokoh mainan yang gag lain gag bukan cuma benda mati. Toy Story 3, jelas merupakan sebuah penutup yang benar-benar sesuai dan unforgettable untuk mengakhiri petualangan Woody, Buzz dan teman-temannya.


Kalau di episode sebelumnya, kita melihat bahwa Woody berusaha tegar untuk menghadapi masa depan, bahwa suatu saat ada kemungkinan Andy akan melupakannya, maka di Toy Story 3 kejadian tersebut akhirnya benar-benar terjadi. Andy sudah dewasa dan akan berkuliah, maka sudah sepantasnya ia mengucapkan perpisahan kepada sahabat-sahabat baiknya semasa kecil. Perpisahan itu menjadi sebuah perpisahan yang menyedihkan, sekaligus mengesankan. Saya pun dibuat trenyuh akan kenyataan pahit itu, yang memang tidak bisa terhindarkan. 



Di bagian akhir ini, John Lasseter yang menyutradarai kedua film sebelumnya digantikan oleh Lee Ulkrich yang sebelumnya bekerja di bagian editing. Lasseter sendiri berada di belakang layar dengan menjadi penulis naskah. Pergantian sutradara tersebut nyatanya tidak menghasilkan film yang lebih mengecewakan dibandingkan kedua film sebelumnya, sebaliknya, bagi saya Toy Story 3 menjadi sajian yang jauh lebih lengkap dibandingkan film sebelumnya atau bahkan film animasi lainnya. Ulkrich dengan baik merangkum semua bentuk emosi itu : kita dibuat tertawa akan humor-humor yang diciptakan oleh para tokoh mainan itu, kita dibuat tegang oleh petualangan mereka yang seru dalam membebaskan diri dari neraka Sunnyside, kita dibuat kesal oleh tokoh Lotso yang jahat, kita dibuat terkejut dengan kecerdasan otak-otak mainan itu saat melarikan diri dari Sunnyside, dan tentu saja, kita dibuat sedih akan makna perpisahan tersebut... Sungguh, Toy Story 3 adalah sajian yang luar biasa menakjubkan, pun karena ini hanyalah sebuah film animasi!


Sunday, December 6, 2015

Review: Avatar


Sekali lagi James Cameroon membuat film yang SENSASIONAL…!!
Semua orang yang sudah menonton film ini pasti berkata WOW…!!
Avatar menampilkan CGI yang sangat mulus, hutannya terlihat sangat nyata. Ekspresi, mimik dan gerakan Na’vi sangat halus dan persis menyerupai manusia asli, detail binatang – binatang pun tak luput dari kacamata sang sutradara briliant ini.
Plot cerita yang sangat bagus dan ini yang membuat AVATAR tak hanya film yang mementingkan EFEK seperti HULK, G-FORCE dan masih banyak lagi yang melupakan plot cerita dan hanya menjual EFEK. Hebatnya lagi James Cameroon menambah bahasa bangsa setempat (Na’vi) yang semakin membuat film ini terlihat sangat realistik.
SKOR :
(skala 1 – 7)
EFEK / PENGAMBILAN GAMBAR : 6.5
CERITA : 5
AKTING PEMAIN : 5.5
KESELURUHAN : 5.65
FILM YANG WAJIB DITONTON
( TRY AVATAR 3D AND ENTER THE PANDORA..!! )

Thursday, December 3, 2015

Review: Spectre



James Bond telah kembali dengan film terbarunya, Spectre. Lanjutan dari film Skyfall yang dirilis 3 tahun lalu, dan sekaligus merupakan film James Bond tersukses dalam sejarah box office. Dan tentu saja, di film ini sutradara Sam Mendes dan tim produksi berusaha untuk menampilkan film ini pada tingkat keseruan yang berbeda, menggunakan stunts yang lebih baik, plot yang lebih kompleks, twist yang tidak terduga, dan intensitas emosional yang lebih besar dari film-film Bond yang pernah dibuat sebelumnya.



Sebelumnya, mungkin kita masih bingung dengan arti dari judul film Bond pada kali ini, Spectre. Kata Spectre memiliki arti bahaya atau ancaman. Film ini dibuka dengan adegan di Meksiko yang fantastis dan membuat kita terus masuk mengikuti plot dan menggali jauh ke masa lalu Bond. Pemilihan judul Spectre memang tepat, karena menggambarkan keseluruhan petualangan Bond dalam film ini yang penuh dengan bahaya, kejar-kejaran mobil dengan kecepatan tinggi dan tentu saja action yang memukau.



Dari deretan pemainnya, ada Daniel Craig yang kembali memerankan James Bond dengan sangat baik. Dan masih ada pemain lama yang kembali bergabung, yaitu Ralph Fiennes sebagai M, Naomie Harris sebagai Moneypenny dan Ben Whishaw sebagai Q. Sosok yang menjadi penjahat dalam film ini, Christoph Waltz dapat memerankan karakternya dengan sempurna, mempunyai kemampuan untuk menjadi jahat dan lucu pada waktu yang sama. Dan yang perannya sangat mencuri perhatian adalah Monica Bellucci dan Lea Seydoux sebagai Bond Girl.